Hadir di Kajian, Jangan Lupa Bawa Catatan
Kita semua meyakini tentang kemuliaan ilmu. Sebuah ayat di bawah ini sudah sangat cukup untuk meyakinkan diri ini tentang kemuliaan ilmu,
يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ
Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah: 11)
Apalagi banyak sekali ayat dan hadis yang menerangkan tentang keutamaan ilmu.
Sesuatu yang tak ternilai harganya, bukankah sudah sepatutnya kita jaga sahabat…?
Mencatat adalah salah satu adab di majelis ilmu. Adab kepada ilmu yang kita dengar, adab kepada guru yang sedang mengajar. Tentu Sang guru akan sangat senang melihat murid yang rajin mencatat ilmu yang beliau sampaikan. Kata para ulama, ilmu tidak hanya dipahami dengan nalar dan kecerdasan. Tapi ada yang lebih penting dari itu semua yaitu,
باﻷدب تفهم العلم
“Dengan adablah… Anda akan memahami ilmu.”
Selain itu dengan mencatat ilmu yang kita dengar, otak kita akan bekerja lebih optimal dalam mengingat ilmu tersebut. Bila ilmu itu sudah berada dalam ingatan Sahabat, maka mudah bagi Sahabat dalam mengamalkannya dan menyerukannya.
Apa saya akan mendapat pahala dengan mencatat faidah – faidah kajian?
Jawabannya iya.
Karena :
Pertama, mencatat itu sendiri sudah merupakan pahala. Karena mencatat adalah bagian dari proses menuntut ilmu.
Apalagi ditambah ada upaya menjaga ilmu. Udah pahala lagi tuh.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka akan Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim No. 2699)
Kedua, menjalankan perintah Rasulullah
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ
“Ikatlah ilmu dengan dengan menulisnya”
Beliau pernah menugaskan sebagian sahabat sebagai penulis ilmu. Diantaranya adalah Abdullah bin ‘Amru. Nabi <span;>shallallaahu ‘alaihi wa sallam<span;> bersabda kepadanya,
اكْتُبْ، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا خَرَجَ مِنْهُ إِلَّا حَقٌّ
“Tulislah. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya. Tidaklah keluar darinya melainkan kebenaran.”
Disaat mencatat ilmu adalah menjalankan perintah Rasulullah, sudah tentu mencatat ilmu adalah ibadah. Yang namanya ibadah tentu mengandung pahala.
Ketiga, catatan dibaca orang lain, dapat tambahan pahala.
- Pahala dakwah…
Anda catat ilmu yang anda dengar di kajian. Lalu anda sebarkan ke teman – teman. Itulah dakwah. - Pahala membantu orang lain…
Mungkin ada yang sakit dan tidak bisa hadir kuliah kemudian meminjam atau membaca catatan Sahabat?
Kalau membantu orang lain dalam urusan dunia saja dianjurkan, apalagi urusan akhirat. Kalau membantu orang lain dalam urusan dunia saja itu bisa menjadi wasilah datangnya pertolongan Allah untuk mengabulkan hajat sahabat, apalagi membantu dalam hal akhirat.
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من كان في حاجة أخيه كان الله في حاجته.
“Siapa yang gemar membantu hajat saudaranya, maka Allah akan selalu membantu hajatnya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
- Pahala jariah.
Catatan anda dibaca kemudian menginpirasi orang lain. Sehingga kualitas imannya naik, semangat ibadahnya meningkat, atau dia menjadi sadar terhadap kesalahan, sehingga membuatnya bertaubat. Ini semua bisa menjadi keran pahala jariah.
اِذاَ ماَتَ ابْنُ اٰدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَث: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَه
“Bila manusia telah mati, terputuslah amal ibadahnya kecuali 3 : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan orang tuanya” (HR Muslim).
Catatlah… Agar Tidak Lupa
Mencatat ilmu membuat kita tidak mudah lupa. Dan kalaupun nanti lupa, tinggal buka saja catatan yang Sahabat tuliskan, begitu..?!
Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata,
الْعِلْمُ صَيْدٌ وَالْكِتَابَةُ قَيْدُهُ قَيِّدْ صُيُوْدَكَ بِالْحِبَالِ الْوَاثِقَهْ
فَمِنَ الْحَمَاقَةِ أَنْ تَصِيْدَ غَزَالَةً وَتَتْرُكَهَا بَيْنَ الْخَلاَئِقِ طَالِقَهْ
Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya
Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat
Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang
Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja
Saking pentingnya, sampai-sampai Imam Asy Sya’bi rahimahullah pernah perpesan,
إِذَا سَمِعْتَ شَيْئًا فَاكْتُبْهُ وَلَوْ فِي الْحَائِطِ
“Bila Anda mendengar sesuatu ilmu, tulislah walau di tembok.”
Dari surat Al-Alaq kita mendapat pelajaran bahwa ternyata mencatat ilmu adalah obat agar tidak mudah lupa.
Sebagaimana penjelasan dari syaikh Ibnu Utsaimin –rahimahullah– saat mentafsirkan surat al ‘alaq :
. فقال (اقرأ) ثم قال: {الَّذِى عَلَّمَ بِالْقَلَمِ } يعني اقرأ من حفظك، فإن لم يكن فمن قلمك، فالله تبارك وتعالى بين لنا كيف نداوي هذه العلة، وهي علة النسيان وذلك بأن نداويها بالكتابة
” Allah mengatakan “Iqra’ (bacalah), maksudnya bacalah ayat dari hafalanmu. Jika tidak bisa membaca ayat dari hafalan, maka bacalah dari tulisanmu. Allah tabaaraka wa ta’la menjelaskan kepada kita bagaimana mengobati penyakit ini, yakni penyakit lupa. Yaitu obatilah dengan tulisan.” (Sumber : Mustolah Hadis Ibnu ‘Utsaimin).
Semoga Allah menambahkan taufik kepada sahabat sekalian…
__
@ Ponpes Hamalatul Quran, 8 Rabiul Awal 1444 H
Ahmad Anshori
Artikel RemajaIslam.Com
Artikel asli: https://remajaislam.com/1894-hadir-di-kajian-jangan-lupa-bawa-catatan.html